Sehari di kota Sampanye … Reims



Kebun anggur, rumah-rumah pedesaan, kebun anggur, rumah pedesaan. Pemandangan tersebut silih berganti terlihat baik di kiri atau kanan kaca jendela kereta api dengan tujuan kota Reims yang saya tumpangi pada musim panas. Di beberapa tempat, saya melihat juga kegiatan pemanenan anggur oleh petani. Pada saat akan memasuki stasiun kota Reims pemandangan deretan pohon anggur itu berganti dengan pemandangan kota yang asri dan rapi.


Pada saat turun dari kereta yang telah berhenti di stasiun kota Reims, hati saya mengatakan kalau stasiun kota yang menghasilkan sampaye minuman anggur kelas tinggi ini tidaklah terlalu besar sebagaimana bayangan saya sebelum tiba di kota ini. Saya lalu pergi ke pintu utama stasiun untuk mencari teman yang mungkin menunggu saya.



Di pintu depan stasiun saya tidak menemukan teman saya. Satu-dua menit saya celingukan mencari teman saya yang mungkin ada di sisi lain. Tiba-tiba saya teringat mengapa tidak menggunakan handphone untuk menginformasikan kedatangan saya dan menanyakan posisi ia berada.


Place Drouet d’Erlon
Ternyata di handphone sudah tertulis pesan singkat yang menginformasikan kalau teman saya bakal tiba di stasiun antara 5 sampai dengan 10 menit untuk menjemput. Sebelum menjawab pesan ini, dengan inisiatif sendiri saya, saya bertanya kepada salah seorang polisi yang ada di sekitar situ dimana lokasi kantor pariwisata kota. Karena biasanya kantor pariwisata terletak di pusat kota atau keramaian kota.


Polisi menginformasikan kalau kantor pariwisata ada di dekat Katedral Notre Dame Reims. Saya bertanya lagi apakah kantor itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dengan singkat ia menjawab ya sambil menunjukkan arah-arah yang dapat saya lalui untuk menuju ke sana. Karena musim panas, jalan-jalan biasanya akan dipenuhi oleh orang-orang yang menikmati hangatnya matahari yang bersinar terang. Saya lalu menelpon teman saya untuk merubah tempat pertemuan dari stasiun ke kantor wisata dekat katedral Reims.


Saya mulai perjalanan hari itu dengan melewati taman yang pohon-pohon besarnya cukup rindang. Kemudian saya melewati sebuah jalan besar yang di kiri-kanannya dipenuhi oleh kafe dan orang-orang banyak orang yang minum, makan, ngobrol maupun hanya duduk-duduk. Musim panas memang musim dimana sebagian besar orang yang tinggal di negara-negara sub tropis mengalokasikan waktunya untuk berlibur. 


Katedral Notre Dame Reims
Dalam perjalanan, ingatan saya mengawang pada pertemuan terakhir saya dengan teman saya yang tinggal di Reims ini. Pada saat itu saya bertanya kepadanya apakah yang bisa saya dapatkan bila saya mengunjungi Reims. Dia mengatakan bahwa Reims adalah kota penobatan beberapa raja Prancis, katedralnya juga salah satu yang terbagus di Prancis. Selain itu kota ini adalah penghasil Sampanye, minuman kelas tinggi dari fermentasi buah anggur.


Dengan membaca papan penunjuk jalan dan bertanya kepada beberapa orang, pada akhirnya saya sampai juga di katedral Reims. Ternyata teman saya sudah menunggu di sana. Saya meminta dia untuk mengantarkan saya terlebih dahulu ke kantor pariwisata kota.


Kantor wisata letaknya persis di depan katedral Reims. Kantornya mempergunakan bagian gedung yang ada di bawah tanah. Ada beberapa pegawai dan beberapa wisatawan yang meminta informasi tentang lokasi-lokasi wisata kota Reims. Mereka memberikan juga saya beberapa brosur wisata kota Reims. 


Ketika saya hendak beranjak pergi, teman saya mengatakan kepada saya supaya menanyakan tentang tour ke tempat penyimpanan anggur kepada pegawai kantor wisata. Menurutnya, tanpa mengunjungi tempat penyimpanan anggur, kunjungan wisata kota Reims tidaklah terasa lengkap mungkin seperti sayur yang kurang garam. Begitu saya bertanya tentang kunjungan ke tempat penyimpanan anggur, pegawai kantor menginformasikan kalau mereka mengadakan beberapa tour ke tempat-tempat tersebut beserta tarifnya. Kemudian pegawai kantor pariwisata yang kebetulan wanita itu juga meminta sebentar brosur pariwisata yang masih berada di tangan saya, di brosur yang di dalamnya juga sudah ada beberapa tempat produksi dan penyimpanan anggur diberinya tanda berupa tanda silang di tempat mana saja kita bisa melihat penyimpanan minuman anggur tanpa perlu mengadakan perjanjian dahulu beserta tarif untuk masuk ke sana. Tarif masuk ketempat penyimpanan sampanye tersebut antara 4,5 samapi 10 € (euro).
Gudang penyimpanan Anggur


Setelah cukup mendapat informasi tentang lokasi-lokasi wisata, saya dan teman saya keluar dari kantor itu. Tak terasa hari mulai beranjak sore. Kami masuk ke katedal yang terletak tidak jauh dari kantor pariwisata itu.


Katedral Reims tidak jauh beda dengan gambaran teman saya, besar dan sangat indah. Pahatan-pahatannya sangat bagus. Seperti biasa, suasana di dalamnya lembab dan agak gelap apalagi matahari sudah condong ke barat sehingga tidak ada cahaya yang masuk. Dengan berkeliling di dalam katedral, gambaran umum tentang katedral Reims yang dinamakan katedral Notre Dame sudah saya dapatkan.


Teman saya mengajak saya untuk menginap di rumahnya dan mendiskusikan apa-apa saja yang musti saya kunjungi esok harinya.



Memulai Perjalanan

Di pagi hari berikutnya, saya sudah siap untuk meng’obok- obok’ objek-objek wisata kota    Reims yang telah saya diskusikan dengan teman saya pada malam sebelumnya. Pagi itu, ia tidak bisa menemani saya melakukan kunjungan ke tempat wisata kota Reims karena musti pergi ke labolatorium kampusnya. Ia berpesan agar saya membeli tiket bis terusan satu hari agar menghemat biaya transportasi. 

Kota Reims adalah ibukota dari region Champagne-Ardenne. Dengan kereta api dari Paris,  hanya memerlukan waktu 1,5 jam untuk mencapai kota ini. Dengan mobil atau pesawat udara, kota ini juga bisa dicapai. Didukung dengan keadaan alamnya, region ini merupakan salah satu region di Prancis yang menghasilkan minuman anggur atau lebih tepatnya sampanye, minuman anggur kelas tinggi yang biasa digunakan untuk jamuan makan atau botolnya yang sering dikocok-kocok oleh para olahragawan untuk mengeluarkan isinya ketika ia memenangkan pertandingan seperti balap mobil atau balap sepeda. Karena itulah kota ini mempunyai julukan Kota Sampanye (City of Champagne), selain itu kota ini dijuluki City of Coronation (Kota Penobatan Raja).
 
Katedral Notre Dame Reims

Katedral adalah tempat yang pertama kali saya kunjungi. Di pagi hari dengan matahari yan sudah mulai bersinar, sangat jelas dan indah pahatan-pahatan di dinding katedral terlihat. Katedral ini bergaya gothic. Mulai didirikan tahun 1211 dan pembangunannya berlangsung 1 abad.

Bagian dalam Katedral Notre Dame Reims

Memang tidak salah apa yang dikatakan teman saya kalau katedral ini adalah salah satu yang terindah di Prancis. Ada 2500 patung di katedral ini dan salah satu patung yang terkenal adalah patung malaikat tersenyum (Smiling Angel) dengan sayap terbuka yang berada di bagian muka utara pintu sebelah barat. Brosur-brosur menginformasikan kalau hanya katedral ini yang menampilkan malaikat dengan sayap terbuka.

Begitu masuk ke dalam katedral yang pernah menobatkan 25 raja Prancis ini, tiang-tiang yang kokoh dan dipahat mulai terlihat jelas. Apalagi dengan dukungan jendela kaca yang saya kira terbuat dari bahan semacam fiberglas warna-warni abad 20 yang membuat pencahayaan bagus dan sangat menakjubkan.

Saya teringat dengan teman yang mempunyai hobi mengumpulkan souvenir berupa koin-koin logam yang dicetak bergambar katedral di kedua sisinya. Koin-koin logam ini tidak dijua di semua katedral Prancis. Tetapi di katedral ini koin bercetak katedral dijual, katedral lain yang menjual adalah Katedral Strasbourg yang juga besar. Di counter yang sama juga dijual souvenir-souvenir khas katedral.


Tour Keliling Kota

Setelah puas mengagumi katedral Notre Dame, saya mulai berjalan mengelilingi objek wisata kota Reims dengan berbekal peta kota yang berasal dari kantor wisata kota.

Pavilion Le Vergeur
Place Royale adalah monument yang cukup dekat dengan katedral Notre-Dame. Sudah ada sejak masa Romawi tetapi bentuk yang sekarang adalah bentuk yang dibangun pada abad ke 18. Sebuah patung Louis XV (tidak asli) ada ditengah-tengah sebuah lapangan dari batu paving yang berbentuk lingkaran. Disekelilingnya ada bangunan-bangunan yang bergaya renaisance.

Selanjutnya saya teruskan perjalanan ke lapangan lain yang disebut Place du Forum. Di lapangan ini ada 2 objek wisata yang unik yaitu museum / pavilion ”Le Vergeur” dan Gallo-roman crypto-portico. Museum Le Vergeur dahulunya adalah sebuah  rumah besar dengan gaya renaisance dan ruangannya bergaya gothic abad 13. Bagian bawah rumah dibuat dari batu dengan gaya renaissance dan atasnya dibuat dari kayu bergaya gothic. Rumah ini mempunyai 16 kamar dengan 2 lantai yang merupakan bagian sejarah kota. Koleksi yang utama dari museum ini adalah 15 ukiran dari kayu seperti karya Albercht Dürer yang berjudul Apocalypse of St. John.

Tepat di depan museum Le Vergeur terdapat Gallo-roman crypto-portico. Bangunan ini tersusun dari batu-batu dan terletak di bawah tanah. Merupakan peninggalan Romawi pada abad ke 3 M. 
Gallo-roman crypto-portico
Dahulunya difungsikan sebagai tempat penyimpanan benih pada bagian bawahnya dan bagian atas dipergunakan untuk jalan . Crypto-portico ini adalah salah satu dari 5 yang ada di dunia. Saat ini dipergunakan untuk museum kecil penggalian arkeologi dan menampilkan benda-benda yang ditemukan di sekitar tempat ini.

Perjalanan selanjutnya saya teruskan ke Gate of Mars. Di tengah jalan saya sempat melewati Hotel de Ville (Town Hall) kota Reims. Bangunan saat ini dipergunakan sebagai kantor pemerintahan daerah atau kota. Di depannya ada lapangan yang disebut place Hotel de Ville. Bagunan ini dimulai pembangunannya pada abad 17 M dan selesai pada abad 19 M. Menggunakan komposisi simetri dengan element-element arsitektur Renaissance Prancis. Di muka atas pintu depan ada terdapat relief Louise XIII ya
Hotel de Ville kota Reims
ng sedang menunggang kuda.

Gate of Mars terletak di jalan yang ramai lalu lintasnya. Bangunan ini berbentuk gerbang dengan 3 pintu. Merupakan peninggalan Romawi yang dibuat pada abad ke-3. di ketiga pintunya mempunyai 3 tema pahatan batu berbeda yang masih terlihat saat ini yaitu; Pendirian Roma, Bekerja di Ladang, Leda dan Angsa.

Tidak terasa matahari matahari sudah pada posisi puncak dan siap menggelincir ke arah barat. Saya langsung mencari transportasi menuju ke Basillic Saint Remi. Walau letaknya tidak berapa jauh dari pusat kota tetapi untuk mencapainya harus menggunakan transportasi umum berupa bis atau kendaraan bermotor.
Gate of Mars

Begitu turun dari bis yang telah berhenti di halte samping Basilic St Remi, bangunan besar Basilic berwarna cream mulai kelihatan. Saya memasuki basilic ini dari pintu yang panelnya dibuat pada abad ke-15. Basilic ini merupakan perpaduan arsitektur bergaya Roman dan Gothic yang batu-batunya berasal dari abad ke-13. Di dalamnya juga terdapat koleksi patung-patung abad ke -16 yang berada di sekelling makam St. Remi. Tepat di sebelah basilic ini terdapat museum St. Remi. Didalamnya terdapat benda-benda untuk penobatan  raja, perlengkapan upacara suci abad ke-17 dan 18,  archeologi gallo-roman, dan koleksi 
lainnya.
Basilic St Remi

Ruang Bawah Tanah Penyimpanan Anggur (Cave)

Dari peta dan brosur wisata, saya melihat ada sebuah tempat peyimpanan anggur yang di dalam bahasa prancisnya disebut Maison de Champagne (Rumah Sampanye) yang berada di dekat Basilic St. Remi dan tidak memakai reservasi bila ingin mengikuti tur di dalamnya. Maison de champagne ini bernama Maxim’s. Pada saat berkunjung ke tempat itu, pekerjanya mengatakan mengatakan kalau pada siang di hari itu ada tur yang menggunakan bahasa Inggris. Harga tiket untuk mengikuti tour adalah 4,5 €.

Menonton Video tentang kebun Anggur
Tepat pada jam yang ditentukan, tur dimulai. Semua peserta tur yang dibimbing oleh guide turun ke sebuah ruangan yang ada sekitar 5 sampai 10 m dibawah tanah. Tur dimulai dengan menonton video sekitar 10 sampai 15 menit. Videonya berisi penanaman anggur, pemanenan sampai pembuatan anggur menjadi sampanye. 

Setelah itu semua peserta tur kembali turun ke ruangan bawah tanah yang lebih dalam (kedalamannya antara 10 sampai dengan 15 m dari tanah). Di sana guide menjelaskan proses pembuatan sampanye, menunjukkan peralatan pembuatan sampanye dan ruangan-ruangan tempat penyimpanan penyimpanan botol-botol sampanye. Walaupun pada saat itu musim panas, suasana di dalam ruangan penyimpanan botol-botol terasa lembab


Setelah berkeliling didalam ruangan penyimpanan botol-botol sampanye, semua peserta tur naik ke ruangan atas tempat penyambutan tamu. Di ruangan ini, tur ditutup oleh pihak Maxim’s dengan mempersilahkan peserta tur mencoba 3 jenis sampanye. Di ruangan ini pula, peserta tur atau orang umum dapat membeli sampanye maupun suvenir-suvenir yang  berciri khas rumah produsi sampanye ini seperti tutup botol sampanye. 
Penjual Biskuit yang Ramah

Setelah keluar dari rumah penyimpanan sampanye, hari sudah mulai beranjak sore tetapi matahari bersinar terang karena saat itu musim panas. Sambil menunggu bus di halte yang akan menuju pusat kota Reims, saya mencoba mencari di brosur wisata keunikan lain yang mungkin saya temukan di kota ini. Pilihan saya jatuh ke Biskuit Rose.

Dalam perjalanan menuju pusat kota Reims, di dalam hati saya menebak-nebak apakah biskuit rose ini berwarna merah jambu. Sampai di pusat kota Reims, bis yang saya tumpangi berhenti didepan subuah gedung besar yang disebut The Grand Theatre. Gedung besar ini berwarna cream dan dibangun pada abad ke-19.

Begitu turun dari bis saya langsung menuju ke toko yang menjual biskuit rose yang menurut informasi berada di dekat katedral Reims. Tidaklah terlalu sulit menemukan toko biskuit 
rose ini yang memang berada dekat dengan katedral.
Biskuit warna Merah Jambu

Warna rose yang sering diidentikkan dengan warna merah jambu sudah terlihat begitu memasuki toko. Tenda penghalang panas di depan toko berwarna merah jambu dan warna cat toko juga berwarna merah jambu. Dari luar, orang-orang dapat melihat di etalase kaca toko dipajang biskuit-biskuit yang didominasi lagi-lagi dengan warna merah jambu.

Pada saat memasuki toko yang telah memproduksi biskuit rose in sejak tahun 1756, penjag toko toko yang berbadan subur menyambut dengan ramah. Ia mempersilahkan saya mencicipi beberapa biskuit. Rasa biskuit rose adalah manis. Biskuit ini terbuat dari coklat dan berwarna merah jambu. Di toko ini juga disediakan beberapa resep yang dapat dibuat dengan mengkombinasikan biskuit rose dengan bahan lainnya.

Penjaga toko juga menjelaskan kalau orang-orang bisa 
Biskuit warna Merah Jambu
mengunjungi pabrik pembuatan biskuit mereka tapi harus dengan perjanjian dan harus berkelompok dengan jumlah orang sebanyak 20. Di sana mereka nanti akan didemonstrasikan bagaimana cara pembuatan biskuit rose dan tentunya dapat mencicipi biskuit rose. Tur ini tidak dipungut biaya.


Akhir Perjalanan

Ada rasa penasaran tentang tempat ramai dengan kafe dan pengunjungnya banyak yang saya lewati pada saat saya berjalan dari stasiun kereta api menuju katedral di hari sebelumnya. Rasa penasaran saya akhirnya terpecahkan setelah mengunjungi tempat tersebut. Tempat tersebut dinamakan Place Drouet d’Erlon. Tempat ini berupa jalan dari batu paving. Pada pagi hari mobil bisa memasuki tempat ini. Tetapi pada sore hari tidak ada mobil yang melewati jalan ini karena tempat ini didominasi oleh bangku-bangku kafe dan para pengunjungnya serta orang-orang yang berlalu-lalang dengan jalan kaki. Di salah satu persimpangan di jalan yang panjang ini terdapat sebuah tugu 
Place Drouet d’Erlon
berwarna abu-abu dengan patung burung berwarna emas di puncaknya. Dan di persimpangan lainnya terdapat air mancur kecil.

Dari jalan Place Drouet d’Erlon, saya putuskan untuk kembali lagi ke katedral untuk melihat Museum Palais de Tau yang tepat berada di sebelahnya.  Karena hari sudah terlalu sore, saya pikir tidak efektif untuk masuk ke dalam museum ini. Saya hanya masuk ke bagian penerimaan tamu di museum ini. Selain tempat untuk mendapat tiket masuk, tempat ini juga menjual berbagai macam cendramata museum ini dari postcard, buku-buku maupun souvenir lainnya.
Place Drouet d’Erlon 

Dahulunya Palais de Tau adalah tempat tinggal para rahib. Saat ini tempat ini dipergunakan sebagai museum yang menunjukkan prores rekonstruksi arsitektur katedral Notre Dame 
Reims. Menurut brosur, di dalamnya dapat disaksikan bagaimana tempat ini diabad ke-16, sejarah penobatan antara tahun 1223-1825, karpet abad ke 15-16, jubah yang dipakai untuk penobatan dan koleksi-koleksi lainnya.

Hari sudah sore walau matahari musim panas masih bersinar terang. Saya tinggalkan halaman Palais de Tau yang berhias krikil-krikil kecil. Walau masih ada beberapa objek wisata yang belum saya kunjungi, tapi saya rasa kunjungan saya kali ini telah cukup mengenal Reims sebagai Kota Penobatan Raja maupun Kota Sampanye. Selanjutnya saya mengambil bis yang akan menuju rumah teman saya, lalu
Palais de Tau
berkemas dan berangkat kembali menuju kota tempat studi saya.
(Terima kasih utk Pak Nugraha & keluarga).

Diterbitkan oleh majalah Dewi, November 2004 

Comments

Popular posts from this blog

Adu Cepat di Dataran Tinggi Gayo

Tugu Radio Rimba Raya, Jalan Desa dan Film

Tuma’ninnah dari sujud ke berdiri