Kota yang artistik dan menawan, Quimper

Pada pagi itu ketika bus yang saya dan teman-teman tumpangi tiba di terminal bus kota Quimper, matahari masih belum muncul. Padahal waktu itu waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul delapan pagi. Ini bisa dimaklumi, pada saat itu adalah musim dingin dan matahari biasanya belum keluar dari tempat peraduannya karena memang rentang waktu malam hari yang lebih panjang di musim dingin. Dari balik jendela bus ketika memasuki kota Quimper, walau dalam keadaan sedikit gelap, saya belum melihat sesuatu yang istimewa dari kota ini. Dalam hati saya berkata "Wah bisa-bisa kunjungan kali ini adalah kunjungan yang mengecewakan". Di lain pihak, saya masih teringat ucapan teman Perancis saya "Kalau kamu berkunjung ke daerah barat Perancis, jangan lupakan berkunjung ke Quimper. Kotanya sangat artistik". Benar-benar dua hal yang sangat berbeda. 

Kota yang sangat bersih dan ramah
Ketika sinar matahari mulai bersinar, saya dan teman-teman keluar dari bangunan terminal bisa yang juga merupakan stasiun kereta api kota Quimper. Saya lihat secara sepintas memang bangunannya biasa saja dan tidak terlihat istimewa. Di depan stasiun sudah terlihat papan petunjuk dengan tulisan Centre Ville alias pusat kota dan Office de Tourisme alias kantor wisata.  
Sungai Odet di kota Quimper yang bersih dan terawat

Kawan saya menyarankan supaya kita menuju kantor wisata kota Quimper dahulu untuk meminta informasi objek-objek yang menarik yang bisa dikunjungi di kota Quimper dalam waktu sehari. Dan dengan adanya informasi ini, kunjungan kami akan lebih efektif. 
Kami telusuri jalan yang paling besar yang menuju pusat kota. Keraguan-raguan saya tentang keunikan kota Quimper langsung pupus dengan beberapa hal. Hal menarik pertama adalah dengan sungai yang melintasi kota. Begitu melihat sungai yang melintasi pusat kota, kita semua benar-benar takjub dan terkesan. Sungainya benar-benar bersih. Airnya sangat jernih, dasar sungai sangat jelas terlihat dan tidak ada sampah sama sekali. Beberapa ekor bebek yang berenang di sungai kelihatannya sangat gembira. Kita semua saling bercanda, kalau di Indonesia ada sungai sebersih dan airnya sejernih ini, kita mungkin sudah belomba-lomba untuk melompat dan mandi di situ. 
Belum selesai dengan rasa takjub dengan jernihnya air dan bersihnya sungai, kita sudah disuguhkan lagi dengan gedung teater Max Jacobs. Gedung teater dengan dinding berwarna coklat dan beratap hitam. Dibangun antara tahun 1902 dan 1904. Dari depan terlihat kalau gedung ini bernuansa klasik dan simetris di kedua sisinya karena kedua bagian kiri-kanannya mempunyai bentuk yang sama baik itu pintu-pintu, jendela-jendela, ornamen-ornamen di ates jendela sampai atapnya. Kesan simetris dari kedua sisi benar-benar dimunculkan melalui arsitektur gedung ini. 
Sudah mulai terlihat beberapa bangunan tua di seberang sungai. Walaupun keinginan kami begitu kuat untuk mengunjungi tempat tersebut, kami urungkan dahulu keinginan kami untuk mengunjungi tempat itu. Sesuai dengan saran teman saya, ada baiknya kami pergi dahulu ke kantor pariwisata untuk mendapatkan informasi. Selain itu, papan petunjuk arah menunjukkan kalau lokasi kantor wisata berada di sisi sungai yang sama dengan jalan yang kami lewati. 
Setelah beberapa saat berjalan, sampailah kami di kantor pariwisata kota Quimper. Letak kantor ini berada di kaki bukit benama Frugy. Begitu kami masuk ke dalam kantor, mulai terasa keramahan dari penjaga kantor. Setelah kami bertanya objek wisata yang bisa kami kunjungi untuk sebuah kunjungan singkat sehari, salah seorang penjaga langsung mengeluarkan peta wisata kota Quimper dan memberi warna untuk rute jalan dan bagian mana dari kota Quimper yang musti kami kunjungi. Kalau dilihat dari peta, ternyata kantor pariwisata telah menyusun beberapa rute kunjungan yang bisa dijalani oleh wisatawan sesuai dengan waktu dan minat seperti minat pada bangunan tua, alam atau keagamaan. Rute kunjungan yang diberitahukan ke kami sangat berbeda dengan rute-rute yang ada karena memang keterbatasan waktu kami dan keinginan kami untuk mengunjung objek-objek yang bervariasi. Petugas kantor wisata juga memberikan brosur-brosur wisata baik yang menerangkan objek dan kegiatan wisata kota Quimper maupun sekitarnya. 

Petugas kantor Pariwisata kota Quimper yang ramah
Selesai mendengar penjelasan dari petugas kantor wisata, teman saya melihat pajangan cenderamata yang ada di kantor pariwisata. Dia menanyakan ke petugas apakah cenderamata tersebut dijual atau tidak. Teman saya menginginkan sebuah mini cd yang berisi film dokumentasi tentang pesta rakyat Breton yang dilaksanakan di Quimper. Petugas mengatakan kalau semua cinderamata produksi pengrajin dari Quimper dan sekitarnya dijual. Teman saya langsung mengatakan kalau ia hendak membeli mini cd yang berisi upacara dan tarian tradisional Breton. Ternyata ada  teman kami yang kecurangan. Ia mencuri start duluan dengan membeli duluan cenderamata khas Quimper sebelum kami memulai kunjungan wisata kami. :-) Menurut teman saya, mini cd dengan isi seperti itu sangat jarang ditemukan, jadi ia langsung membelinya ketika tahu ada pihak yang menjual.
Pada saat kami akan meninggalkan kantor pariwisata dengan setumpukan brosur wisata di tangan, petugas dengan ramah menanyakan kepada kami apakah memerlukan kantong plastik berlogo kota Quimper untuk membantu membawa brosur yang ada di tangan kami. Kalau kami memerlukan, ia bisa memberikannya. Tentu saja tawaran yang sangat simpatik ini tidak kami tolak. Petugas langsung memberikan kantong plastik berlogo kota Quimper kepada setiap orang dari kami untuk kami gunakan menempatkan brosur-brosur yang telah kami dapatkan. Sebuah permulaan yang ramah dan baik untuk sebuah kunjungan di kota Quimper. 

Kota Quimper 
Quimper berasal dari kata dalam bahasa Breton yaitu Kemper yang berarti pertemuan karena kota Quimper merupakan tempat pertemuan 3 sungai yaitu Steir, Odet dan Jet. Terletak di sebelah barat Perancis yang termasuk dalam région (setingkat propinsi di Indonesia, red) Bretagne. Quimper sendiri merupakan ibukota dari département (setingkat kabupaten di Indonesia, red) Finistère. Karena nama kota berasal dari bahasa Breton, di papan penunjuk jalan akan ditulis dalam 2 bahasa yaitu Perancis dan Breton. 
Untuk sampai ke Quimper bukanlah hal yang susah. Dengan kereta api api cepat (TGV), kota ini bisa dicapai dari Paris dalam waktu lebih kurang empat setengah jam. Selain itu, kota ini bisa dicapai dengan bis. Bandara yang berada sedikit di luar kota akan memudahkan seseorang yang hendak mengunjungi kota yang berpenduduk sekitar 63.000 orang ini dengan pesawat udara. 
Orang-orang yang tinggal di region Bretagne atau berasal dari region Bretagne sering menamakan diri mereka sebagai orang Breton. Sedangkan orang yang tinggal di kota Quimper atau berasal dari kota ini menamakan diri mereka sebagai orang Quimpérois

Menuju abad Pertengahan
Begitu keluar dari dari kantor pariwisata kota Quimper, kami langsung menuju daerah kota tuanya Quimper. Karena letaknya di seberang sungai Odet, untuk itu kami harus menyeberangi jembatan. Ketika melewati jembatan, saya masih terpukau dengan sungai Odet yang benar-benar bersih. 
Setelah menyebrangi sungai, kamu mulai memasuki daerah kota tua Quimper. Jalanan di tempat ini merupakan susunan batu paving yang sangat klasik. Suasana abad pertengahan mulai terasa. Didukung lagi dengan deretan rumah tradisional Breton yang terbuat dari kayu atau rumah Colombage. Rumah-rumah yang berasal dari bongkahan batu dengan atap hitam juga makin mengesankan suasana abad pertengahan. Terlihat juga rumah colombage yang punya arsitektur yang aneh karena kayunya yang tersusun miring. Dan diantara bangunan abad pertengahan juga terdapat bagunan dengan arsitektur klasik yang bernama halle Saint François dengan atap hitam dan bersegi yang bentuknya hampir mirip dengan pyramide. Saat ini bangunan tersebut berfungsi sebagai pasar tradisional yang dibuka sejak tahun 1847 M. 
Sesuai petunjuk rute yang diberikan oleh petugas kantor pariwisata, kami mengambil jalan yang sedikit menanjak. Di beberapa tempat, mungkin bisa bisa menjadi lokasi favorit para fotografer karena dari tempat itu mudah untuk mengambil foto-foto yang bertemakan alam. Akhirnya kami sampai di tempat datar berupa sebuah lapangan di daerah yang sangat tinggi yang bernama place de la Tourbie. Di tempat ini terdapat dinding benteng yang kokoh dan menara pengawasnya dan sangat memberi kesan abad pertengahan. Dan di dalam benteng tersebut terdapat sebuah bagunan besar berwarna merah jambu bernama Collége la tour d'Auvergne yang dibangun tahun 1886 M.  
Mulai dari place de la Tourbie, jalan yang kita lalui turun kembali tetapi suasana abad pertengahan masih tetap dominan. Deretan rumah-rumah kayu masih terdapat di jalan yang kami lalui. Dan pada saat kami kehilangan arah ke tempat mana kami harus melanjutkan perjalanan kami, sekali lagi kami mendapat keramahan penduduk Quimper. Orang yang kami tanyakan di jalan, malah mengantar kami ke tempat yang kami tuju. 
Rumah kayu dengan bentuk aneh
Sampai juga kami di tempat yang mau kami tuju yaitu place au Beurre. Jalan di tempat ini semua jalan berbatu paving seperti abad pertengahan. Bangunan-bangunan kuno dengan bagian bawah bongkahan batu dan bagian atas berupa kayu yang sebagian besar dimodifikasi menjadi toko atau restoran. Tempat ini memang sangat unik. 
Suasana masa klasik kami temukan di area yang tak jauh dari place au beure. Dimana pada tempat itu terdapat gedung dengan arsitektur abad 16 sampai 18. Para peminat arsitektur tentu akan menikmati area ini. Gedung Hotel de Ville (kantor walikota), musée des Beaux-Arts (museum seni rupa), katedral Saint Corentin, place Teul et Laër dengan patung Dr. Laënnec dan musée Départemental Breton (museum Departement Breton) masing-masing mempunyai kekhasan dalam bentuk bangunannya. Untuk menambah pengetahuan tentang Quimper, tidak ada salahnya  memasuki musée des Beaux-Arts dan  musée Départemental Breton. 

Makan siang bernuansa budaya Breton
Kekaguman kepada bangunan-bangunan membuat kami lupa kalau waktu telah menunjukkan lebih dari pukul 12 siang alias sudah waktunya makan siang. Salah seorang teman mengusulkan kepada kami kenapa tidak makan siang di rumah tradisional Breton dan tentunya dengan menu khas Breton. Karena kami pada saat itu lagi berada di daerah orang Breton, tentunya adalah sesuatu yang unik untuk mengenal budaya daerah ini melalui makanannya. Dan usul ini diterima oleh kami semua. 
Sebuah sebuah rumah kayu colombages khas Breton yang telah dimodikasi menjadi restoran crêpe menjadi pilihan kami. Crêpe sendiri adalah merupakan makanan khas yang berasal dari daerah Bretagne. Begitu kami memasuki restoran tersebut, pemilik restoran langsung menyambut dengan ramah. Dia menyarankan kami untuk makan di lantai atas yang menurutnya lebih bernuasa khas Breton. Tidaklah salah saran pemilik restoran.  
Makan siang bernuansa budaya Breton

Pada lantai atas, dindingnya dihiasi lukisan-lukisan khas Breton yang sebagian besar bernuansa laut karena memang daerah ini dekat dengan laut. Kursi, meja dan perabot restoran ditata dengan nuansa Breton. Kayu-kayu pondasi di langit-langit restoran menimbulkan kesan dan nuasa khas tradisional Breton. Piring, gelas dan perlengkapan lainnya juga bernuansa Breton. Pencahayaan di restoran tersebut juga bagus. Dan alunan musik yang terdengar juga merupakan musik Breton. Menurut pemilik restoran, rumah kayu ini telah berumur 400 tahun. 
Pada saat itu tentunya kami makan siang dengan keadaan yang benar-benar bernuasa budaya Breton. Menu crêpe yang kami pilih juga yang memiliki cita rasa breton. Pelayanan di restoran ini juga bagus. Benar-benar sebuah pengalaman yang sangat mengesankan. 

Cenderamata  
Tidaklah lengkap rasanya ketika kita melakukan perjalanan tanpa membeli cenderamata. Apalagi tempat yang kita kunjungi mempunyai cendermata yang khas. Menurut petugas kantor pariwisata, Quimper mempunyai industri tembikar atau keramik. Pabriknya masih ada sampai sekarang dan letaknya sekiatar 500 meter dari kantor pariwisata. Nama tempat tersebut adalah Locmaria.  Industri  tembikar atau keramik dengan motif khas Breton ini sudah ada sejak tahun 1690 M. 
Quimper juga mempunyai industri biskuit. Pabrik masih berproduksi sampai saat ini. Pabrik dan tokonya juga berada di Locmaria. 
Menurut petugas kantor pariwisata, cenderamata khas Quimper juga bisa diperoleh di toko-toko di pusat kota. Salah satu toko yang disarankan bernama Art de Cornouaille. Letaknya di place Corentin atau tepat di depan katedral Saint Corentin. 
Toko Cenderamata
  Setelah makan siang, kami langsung mencari cenderamata. Tempat pertama yang kami datangi tentunya adalah toko Art de Cornouaille yang letaknya memang di tengah kota. Toko cenderamata ini menempati sebuah rumah kayu tradisional Breton. Di bagian dinding luarnya ditempeli piring-piring keramik dengan berbagai motif khas Breton. Tempat pajangan kartupos dan kartuposnya ditaruh juga di luar sehingga kalau seseorang ingin membeli kartupos, ia tinggal mengambil kartupos tersebut dan membayarnya di dalam. Di bagian dalam toko terdapat berbagai macam souvenir. Mulai dari keramik, biskuit, alas makan, souvenir bermagnet, bendera breton, t-shirt, boneka dan berbagai macam cenderamata dijual di sini. Keunikan dari dari cendermata-cenderamata tersebut adalah motifnya yang khas Quimper dan Breton.    
Untuk melepas rasa penasaran kami kepada pabrik cenderamata dan biskuit Quimper, kami langsung menuju Locmaria setelah kunjungan kami di toko souvenir yang ada di tengah kota. Letaknya sekitar 800 meter dari pusat kota. Untuk menuju Locmaria, kita tinggal menyusuri sungai Odet dan akan banyak disuguhi pemandangan-pemandangan indah. 
Banyak hal menarik yang ternyata bisa dinikmati di Locmaria. Yang pertama tentunya pabrik keramik/tembikar. Untuk hasil produksi pabrik, bisa dilihat toko yang buka sepanjang tahun. Sedangkan untuk melihat proses produksinya, bisa melihat ke pabrik tembikar yang letaknya tak jauh dari toko. Dari brosur diinformasikan, kunjungan untuk melihat proses produksi tembikar bisa dilakukan pada hari Sabtu di bulan juli dan agustus. Untuk menambah wawasan tentang tembikar Quimper, museum tembikar yang ada di Locmaris juga bisa dikunjungi.   
Pabrik biskuit Quimper juga masih berada di Locmaria merupakan hal menarik bagi penggemar wisata kuliner. Hasil produksi biskuit bisa dibeli di toko biskuit di sebelah pabrik. Bila ingin mengetahui cara pembuatan biskuit, pabrik biskuit juga mempunyai paket kunjungan gratis ke pabrik, melihat peragaan pembuatan biskuit dan tentunya... mencicipi biskuit.  

Wisata Religius
Ketika kami berada di Locmaria, ternyata di area itu terdapat sebuah gereja yang bernama gereja Locmaria. Gereja ini dibagun pada abad ke-12 Masehi. Arsitekturnya bertype roman breton. Dinding gereja yang dibangun dari bongkahan batu persegi berwarna abu-abu membuat gereja ini berkesan unik. Dinding dalamnya berwarna putih dan langit-langitnya terbuat dari kayu. Yang terkenal juga dari gereja ini ada biaranya. Untuk wisata religius khususnya umat nasrani, gereja ini merupakan bagian menu wajib untuk dikunjungi. 
Sungai Odet di kota Quimper yang bersih dan terawat dengan latar belakang Katedral St. Corentin
Kalau kita kembali lagi ke pusat kota, katedral Saint Corentin merupakan tempat yang istimewa. Katedral ini mulai dibagun tahun 1239 M. Gaya arsitekturnya adalah gothic. Dinding luarnya berwarna keabu-abuan. Menaranya yang menjulang tinggi berkesan kokoh dan antik tanpa meninggalkan kesan kereligiusan. Dan pada bagian dalam, dindingnya berwarna putih, punya bagian dari kayu yang berukir sangat bagus dan langit-langitnya mempunyai bentuk yang sangat unik. 
Dan untuk lebih melengkapi lagi wisata religius di kota Quimper ini, chapelle des Jésuites merupakan tempat yang perlu juga dikunjungi. Masih berada di area kota tua Quimper. Kapel ini dibangun tahun 1667-1747 M. Dindingnya terbentuk dari bongkahan batu bata berwarna keabu-abuan. Pada bagian atas yang berdekatan dengan atap, terdapat pahatan yang bagus. 

Taman-taman
Kami susuri kembali piggiran sungai Odet untuk kembali ke pusat kota. Locmaria emang mencerminkan lokasi industri cendramata kota Quimper. Dalam perjalanan kembali dari Locmaria ke pusat kota Quimper, saya amati kembali bukit Frugy yang ada di bagian kanan kami. Kota-kota di Perancis, selain banyak mempertahanan bangunan-bangunan tuanya juga banyak mempertahankan ruang terbuka hijaunya. Menurut saya, bukit Frugy ini merupakan tempat ideal untuk hiking. Tanjakannya tidak terlalu curam dan pepohonannya yang sedikit rapat serasa membuat suasananya seperti hutan kecil dan tentunya kita akan mendapat udara bersih dan segar bila kita berada di daerah bukit itu. Bila saya lihat di brosur wisata, di puncak bukit Frugy diberi tanda sebagai tempat ideal untuk pengambilan foto. Mungkin dari puncak bukit yang tinggi itu kita mudah mengambil objek-objek foto terutama objek foto kota Quimper dari sisi atas. Sayang karena keterbatasan waktu kami putuskan untuk tidak naik sampai puncak bukit Frugy.  
Tetapi di pusat kota Quimper juga terdapat ruang terbuka hijau yaitu berupa taman-taman. Taman pertama yang kami kunjungi adalah Jardin de la Retraite. Taman ini terletak di tempat yang agak tinggi. Karena letaknya yang tinggi, kita bisa melihat kota Quimper yang berada di bagian bawah. Tamannya dibuat bertingkat. Selain itu taman ini dibagi beberapa bagian antara lain taman palem, taman tanaman berdaun lebar dengan aspek tropika dan taman lahan kering. Antara bagian taman dibatasi dengan dinding benteng seperti abad pertengahan. Kursi-kursi untuk tempat duduk juga disediakan di dalam taman bagi orang-orang yang ingin menikmati keindahan taman. Jalan-jalan di dalam tamannya dibentuk dari tanah berpasir. Di taman ini juga terdapat menara Névet. Karena penataanya, taman ini terlihat benar-benar asri. 
Kami berjalan turun mengunjungi taman yang berada di bagian bawah kota Quimper atau dekat dengan sungai Odet. Dalam perjalanan kami melewati sebuah bundaran atau putaran yang dinamakan putaran A Massé. Untuk para para fotogrefer, putaran ini direkomendasikan oleh kantor pariwisata sebagai tempat pengambilan foto. Salah satu sebabnya adalah di sekitar putaran ini bangunannya sangat bervariasi ada yang bergaya moderen dan ada yang klasik.
Di bagian yang dekat dengan sungai Odet, taman Remparts atau taman dinding benteng adalah kami yang kami kunjungi. Tamannya tidak terlalu besar. Taman merupakan hamparan rumput dan ditanami kumpulan bunga-bunga. Taman ini tepat berada di sebelah dinding benteng. Taman ini melengkapi kesan asri dari sebuah dinding benteng yang berkesan abad pertengahan. Dari taman ini, katedral Corentin dan menaranya bisa terlihat. 
Dan ternyata di sebelah teater Max Jacobs adalah sebuah taman yang disebut Jardin du Théâtre atau taman teater. Terdapat beberapa pohon besar di sini. Selain itu ditanam juga beberapa kumpulan bunga. Ada bangku-bangku taman yang bisa dibunakan untuk menikmati keasrian taman ini. 

Penuh kenangan
Hari semakin sore, kami berjalan perlahan menuju terminal bis kota Quimper. Perjalanan pada hari itu untuk mengunjungi tempat-tempat wisata kota Quimper benar-benar tak terlupakan. Dimulai dengan mendapat keramahan dari penduduknya. Dihibur dengan kebersihan dan keasrian kota. Dan akhirnya mendapat banyak pengalaman baru dari tempat-tempat wisata yang dikunjungi baik dari suasana abad pertengahannya maupun dari daerah industri cenderamata tembikar dan biskuitnya.  
Sang gelap memang belum menutupi langit. Tetapi kami harus segera mengakhiri kunjungan kami di Quimper. Kami harus mengambil bus terakhir yang akan membawa kami kembali ke kota tempat kami belajar.
Tentu saja, tubuh terasa sangat lelah setelah seharian berjalan mengelilingi kota Quimper. Tetapi dibalik itu, tentu saja kami mendapat sangat banyak pengalaman tak terlupakan di Quimper. Dari atas bis yang sedang berjalan, kami hanya bisa berucap “Kenavo”...”Au revoir” ... “Selamat tinggal”. Tak akan kami lupakan segala keramahan yang engkau berikan kepadakami. Semoga ini akan terus berlangsung selamanya. Tak ada salahnya suatu saat datang kembali ke kota yang artistik dan menawan ini untuk mengunjungi hal-hal lain yang belum sempat dicapai pada kunjungan sebelumnya.(Luth)

Foto : dok Luth


Terima kasih kepada rekan-rekan PPI Brest dan PPI Paris : Pak Jusup, Kang Tedi, Mas Triono dan kang Andri. 

Je remercie à l'Office de Tourisme de Quimper

CHIC 117, Juni 2012

Comments

Popular posts from this blog

Adu Cepat di Dataran Tinggi Gayo

Tugu Radio Rimba Raya, Jalan Desa dan Film

Tuma’ninnah dari sujud ke berdiri