Hewan Qurban Tidak Merasa Sakit Ketika Disembelih
Tulisan
tentang “Hewan Qurban Tidak Merasa Sakit Ketika Disembelih” saya kopikan dari
akun FB teman. Secara umum saya jadi tahu kenapa hewan kurban tidak merasa
sakit ketika disembelih. Untuk pembuktian lebih mendalam mungkin teman-teman dari
fakultas Peternakan atau Kedokteran Hewan bisa menverifikasinya lagi.
Saya
tertarik dengan kalimat di postingan di artikel ini yaitu “Sesungguhnya Allah
menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu” Mungkin terlihat kejam mengorok
leher binatang ternak dengan pisau tajam. Tapi menurut penjelasan di artikel di
bawah, emang cara itu yang tidak membuat sakit binatang ternak.
Pada
waktu riset PhD saya, pembuktian bahwa Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada
segala sesuatu, terjadi juga sih di percobaan saya. Di surat Al A’raaf (7) ayat 31 ada kalimat “Dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”
Hal
itu diungkapkan dalam film ini
https://luth8576.wordpress.com/2016/09/05/les-petits-heros-little-heroes/
https://luth8576.wordpress.com/2016/09/05/les-petits-heros-little-heroes/
Untuk
penjelsan film dan percobaan saya; Secara umum, bahan organik dan cacing tanah
adalah 2 hal yang saling berhubungan karena bahan organic itu makanan cacing
tanah. Tapi kalau cacing tanah dikasih bahan organic yang sangat berlebih, pada
akhirnya banyak cacing tanah yang mati. Dan di percobaan tersebut, kita
terpaksa membuat saluran buangan tambahan untuk membantu mengeluarkan bahan
organik yang berlebih agar jumlah bahan organik atau makanannya secukupnya. Tapi
kalau bahan organic atau makanannya kurang juga, itu bukan merupakan hal yang
baik karena tidak mencukupi makanan untuk membuat cacing tanah berkembang.
Sehingga, yang paling tepat ya, pada porsi yang sesuai.
Dan untuk
manusia juga demikian. Kita tentunya ngak boleh dan bisa mengkonsumsi makanan atau
rejeki secara berlebihan. Kalaupun diberi kemudahan mendapat rejeki yang banyak
dengan mudah, tentunya ngak bisa konsumsi seluruhnya. Tapi ada beberapa bagian
yang dikeluarkan berupa zakat, sedeqah atau hal-hal sosial lainnya sehingga hartanya
berada dalam kondisi berimbang dan tentunya ada keberkahan Allah di harta
tersebut.
Dan
pada akhirnya memang ketika Allah menetapkan sesuatu, dipastikan ada ihsan atau
kebaikan pada hal tersebut. Kalau masih terasa janggal, mungkin saja kajian ilmu
pengetahuan kita belum sampai pada hal itu. Jadi emang emang perlu dikaji lagi
seperti pada kasus “Hewan Qurban Tidak Merasa Sakit Ketika Disembelih”
Wallahu
A'lam Bishawab
=============
Khazanah
Islam
Ternyata
Hewan Qurban Tidak Merasa Sakit Ketika Di Sembelih
Benarkan
para binatang yang disembelih itu merasakan sakit??
Ternyata
sebuah penelitian menunjukan jawaban yang mengejutkan bahwa binatang yang
disembelih secara syariat islam tidak merasakan sakit sama sekali.
Penelitian
ini dilakukan oleh dua orang staff peternakan dari Hannover University, sebuah
Universitas terkemuka di Jerman, yaitu Prof Wilhelm Schulze dan koleganya Dr.
Hazim , keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab
pertanyaan :
Manakah
yang lebih baik dan paling tidak sakit ??
1.
Menyembelih secara syariat islam yang murni/menggunakan pisau tajam (tanpa
proses pemingsanan)??
2.
Menyembelih dengan cara barat dengan pemingsanan/dipukul kepalanya??
Keduanya
merancang penelitian sangat canggih, menggunakan sekelompok sapi yang cukup
umur (dewasa).
Pada
permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elekroda (microchip) yang disebut
Electro Encephalograph (EEG). EEG dipasang dipermukaan otak yang menyentuh
titik (panel) rasa sakit, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit ketika
disembelih.
Dijantung
sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas
jantung saat darah keluar karena disembelih.
Untuk
menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG dan ECG yang telah
terpasang ditubuhnya selama beberapa minggu, setelah adaptasi dianggap cukup
maka separuh sapi disembelih sesuai syariat islam yang murni, dan sisanya
disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi barat.
Dalam
syariat islam penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam, dengan memotong
3 saluran pada leher, yaitu : saluran makan, saluran napas serta dua saluran
pembuluh darah, yaitu arteri karotis & vena jugularis
Syariat
Islam tidak merekomendasikan metode pemingsanan sebaliknya metode barat justru
mengajarkan bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum
disembelih.
Dari hasil
penelitian prof Schultz & Dr Hazim di Hannover University Jerman dapat
diperoleh kesimpulan bahwa :
Penyembelihan
menurut syariat islam/menggunakan pisau tajam menunjukan :
Pertama :
Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher
sapi bagian depan terputus) tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG, hal
ini berarti pada 3 detik pertama setelah disembelih tidak ada indikasi rasa
sakit.
Kedua :
pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik
secara bertahap yg sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak),
hingga sapi2 itu benar-benar kehilangan kesadaran
Pada saat
tersebut tercatat pula ECG bahwa jantung mulai meningkatkan aktivitasnya.
Ketiga :
Setelah 6 detik pertama ECG pada jantung merekam adanya aktifitas luar biasa
dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh
dan memompanya keluar.
Hal ini
merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang
(spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yg terputus
dibagian leher, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampe zero
level (angka nol)
Hal ini
diterjemah oleh kedua ahli itu bahwa "No Feeling of pain at all !"
(tidak ada rasa sakit sama sekali)
Keempat :
Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal,
maka dihasilkan "healthy meat" (daging yg sehat)
Jenis
daging dari hasil sembelih semacam ini sangat sesuai prinsip Good Manufacturing
Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Secara
Pemingsanan/Dibius/disetrum/dipukul kepalanya cara Barat :
Pertama :
Setelah dilakukan proses Stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh &
collaps (roboh), setelah itu sapi tidak bergerak lagi, sehingga mudah
dikendalikan, Oleh karena itu sapi dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta
dan tampaknya tanpa mengalami rasa sakit. Pada saat disembelih darah yang
keluar hanya sedikit tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning
(pemingsanan)
Kedua :
Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata
pada grafik EEG.. Hal ini mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang
diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan)
Media
pemingsanan yg digunakan :
Setrum,
bius, maupun dengan cara yang mereka anggap paling baik memukul bagian tertentu
di kepala ternak dengan alat tertentu pula. Alat yang digunakan adalah Captive
Bolt Pistol (CBV)
Ketiga :
grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop kebatas
paling bawah, akibatnya jantung kehilangan kemampuan untuk menarik darah dari
seluruh organ tubuh serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat :
Karena darah tidak tertarik & tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal,
maka darah itupun membeku di dalam urat/pembuluh darah dalam daging sehingga
dihasilkan "unhealthy meat" (daging yang tidak sehat) dengan demikian
menjadi tidak layak dikonsumsi oleh manusia.
Timbunan
darah beku yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih merupakan tempat atau
media sangat baik bagi tumbuh kembangnya bakteri pembusuk yg dapat merusak
kwalitas daging.
Meronta-ronta
dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukannya ekspresi
rasa sakit. Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya. Bahkan mungkin
sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari
anggota tubuh yang terluka pastilah disertai rasa sakit & nyeri, terlebih
lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar.
Hasil
penelitian Prof Schultz dan Dr Hazim justru membuktikan sebaliknya. Yakni pisau
tajam yang mengiris leher (sebagai syariat islam dalam penyembelihan ternak)
ternyata tidaklah "menyentuh" saraf rasa sakit.
Oleh karena
itu, keduanya menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot
bukanlah sebagai ekpresi rasa sakit, melainkan sebagai ekpresi 'keterkejutan
otot dan saraf' saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras),
mengapa demikian ?? hal ini tentulah tidak terlalu sulit untuk dijelaskan,
karena EEG tidak membuktikan, juga tidak menunjukan adanya rasa sakit.
Nah, jelas
bukan, bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariat Islam ternyata
lebih maslahat. Apalagi ditambah dengan anjuran untuk menajamkan pisau untuk
mengurangi rasa sakit hewan sembelihan.
Sabda Nabi
"Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka
jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila
kalian menyembelih maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu)
hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan
binatang yang disembelih."
Sekian dulu
semoga bermanfaat
Wassalamuallaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh
Comments