Mewaspadai Kesehatan Dari Makanan Lebaran
Bulan Ramadhan
akan segera berakhir. Saatnya berlebaran atau merayakan Hari Raya Idul Fitri. Jika
sebulan sebelumnya, di siang hari umat Islam berpuasa dengan tanpa mengkonsumsi
makanan dan minuman, mulai 1 Syawal umat Islam bisa mengkonsumsi makanan dan
minuman di siang harinya.
Di beberapa hari awal bulan Syawal yang merupakan perayaan
hari besar umat Islam, tentunya banyak makanan yang disediakan untuk perayaan
hari besar tersebut. Dan mungkin banyak orang akan berkata dalam hati “Bisa bergerak ke kanan ini jarum timbangan
!” Dan dikarenakan selama satu bulan Ramadhan umat Islam sudah
dilatih dengan pola makan yang baik dan teratur, di bulan Syawal ini atau
hari-hari awal lebaran Idul Fitri, bagaimanakah pola makan yang baik untuk umat
Islam ? Mirza Rizqi Zulkarnain,
STP, MSc yang merupakan seorang ahli nutrisi dan pengajar di jurusan Teknologi
Pangan (Food Technology), fakultas Ilmu Hayati (Life science faculty) di IULI (International
University Liaison Indonesia/ Universitas Lintas Internasional Indonesia),
salah satu universitas swasta di bilangan Bumi Serpong Damai (BSD), Banten akan
memberikan beberapa tips yang merupakan jawaban yang sering ditanyakan oleh
masyarakat tentang konsumsi makanan pada saat lebaran Idul Fitri. Seluruh
keterangan dari tips ini diungkapkannya dalam sebuah diskusi chat interaktif di
sebuah media sosial beberapa saat yang lalu.
Di hari-hari
pertama Idul Fitri, sebagian besar orang akan berkunjung untuk bersilaturahmi.
Pada saat bersiturahmi tersebut, akan ditawarkan banyak makanan oleh tuan
rumah. Bagaimana mensiasati agar kalori tidak berlebihan dan tidak kekenyangan
selama bersilatuhami. Mirza Rizqi menyarankan untuk memilih makan favorit saja. Dalam hal ini, makanan yang masuk tentu
bisa sesuai selera pribadi
masing-masing. Sehingga kalori dari makanan cukup, selera di lidah juga
terpenuhi.
Kedislipnan dalam
berpuasa bisa diterapkan dalam hal ini dimana kita bisa mengatur berapa kalori
yang akan dimasukkan ke tubuh. Pengaturan makan kue kering yang mempunyai
kalori perlu dilakukan. Bila di salah tempat kerabat sudah memakan makanan
utama (ketupat, lontong dan lain-lain), tidak perlu memaksakan untuk memakan
makan utama di tempat kerabat lain sehingga tidak timbul masalah kekenyangan.
Dan bila ada yang menyajikan buah atau makanan sehat yang lainnya, Mirza Rizqi
menyarankan agar makanan tersebut yang dikonsumsi.
Bagaimana
dengan menu makanan yang bersantan dan bersambal yang ada di sebagian besar
menu makanan utama di saat Idul Fitri? Disebabkan ada penilaian juga pada
faktor kebosasan, Mirza Rizqi menyarankan bisa saja menkonsumsi makanan yang
banyak lemak dan kalori di pagi dan siang hari karena memang di tempat yang
dikunjungi sudah terhidang menu makanan seperti itu dan tidak bisa dihindari
karena faktor “TIDAK SOPAN” untuk
menolak apa-apa yang disediakan oleh tuan rumah, maka di untuk makan malam bisa
saja mengkonsumsi makanan yang RENDAH
lemak dan kalorinya. Ia
menyarankan untuk konsumsi buah, salad atau makanan Indonesia yang banyak
sayur-mayurnya seperti gado-gado. Apalagi dengan banyaknya sayuran di
gado-gado, banyak serat pada menu tersebut yang bagus untuk pencernaan. Sedangkan
untuk makanan bersambal, dikembalikan lagi kepada pribadinya. Untuk orang yang
sudah terbiasa dengan makanan dengan cita rasa pedas, makanan bersambal tentu
tidak bermasalah.
Bagaimana
dengan pergantian nasi ke lontong dan ketupat. Menurut Mirza Rizqi, nasi dan
lontong berasal dari bahan yang sama yaitu beras. Kalorinya juga hampir sama.
Sehingga pergantian nasi ke lontong selama hari-hari Idul Fitri tidaklah
bermasalah. Mirza Rizqi menyarankan kalau ada beras merah, bisa menjadi pilihan
lebih sehat lagi.
Dalam
chat interaktif tersebut Mirza Rizqi juga menyelipkan unsur-unsur da’wah.
Sebagai contoh, disunnahkannya makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri ,
sesuai hadish riwayat Tarmidzi 542. Dan pulang-pergi dari tempat tinggal ke
tempat pelaksanaan Idul Fitri dari jalan yang berbeda.
Untuk
minuman ringan (soft drink) dan sirup yang sering disajikan dalam suasana
lebaran. Mirza Rizqi menyarakan untuk tidak mengkonsumsi minuman tesebut karena
mempunyai kadar gula yang tinggi. Hal ini juga dikarenakan makanan menu lebaran
sudah mempunyai kalori tinggi. Air putih dan teh disarankan untuk dikonsumsi sebagai
penetral makanan-makanan yang berkalori tinggi. Air kelapa muda dan es buah
bisa jadi pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan minuman ringan (soft
drink).
Ada
sebuah pertanyaaan sederhana tapi sangat penting tentang keadaan makanan di
hari lebaran yaitu dikarenakan pada hari istimewa tersebut disajikan makanan
utama (berat) dan makanan kecil secara bersamaan, manakah yang dikonsumsi
duluan? Mirza Rizqi berpendapat untuk mengkonsumsi makanan berat yang padat
gizi terlebih dahulu sehingga gizi pada hari itu bisa terpenuhi. Tidak
menkonsumsi makanan ringan lebih dahulu karena makanan tersebut kebanyakan
mengandung gula dan lemak tetapi unsur-unsur gizi lainnya seperti protein,
minel dan protein sangak sedikit jumlahnya.
Dengan mengkonsumsi makanan berat lebih dahulu membuat keinginan kita
untuk mengemil menjadi berkurang sehingga kalori yang masuk lebih berkualitas
dan menghindari “Jadi Korban dari Tragedi Jarum Timbangan Bergeser ke Kanan”.
Demikian
baberapa tips yang disarankan oleh Mirza Rizqi Zulkarnain dalam hal
pengkonsumsian makanan dalam saat Hari Raya Idul Fitri yang behubungan dengan
nutrisi untuk tubuh dan selera makan. Keterangan-keterangan tambahan tentang pangan
dan gizi bisa dilihat lagi di websitenya www.nutriziouz.com
atau akun Instagram (IG) @nutriziouz.
(Luth)
Comments