La Nuit Indonésienne: Tari Saman (Memori Menari Saman Pertama Kali)





Melihat video teman-teman PPI Rennes menari Saman, ingatan saya kembali pada
pengalaman saya pas menari Saman untuk pertama kalinya di tingkatan kuliah S1 di Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia



Waktu SMA, semua pelajaran Kesenian baik itu seni Musik atau seni Lukis
adalah pelajaran dimana saya mendapat nilai pas-pasan. Dapat nilai 6
adalah nilai umum yang saya dapat. Dapat nilai 7, kalau saya sedikit
beruntung. Dapat nilai 8, untuk tugas melukis biasanya ada orang yang
bantuin ngerjain atau pas ujian seni musik, soalnya bertepatan dengan
yang saya pelajari malam sebelumnya. Pokoknya, semua pelajaran yang
memakai otak kiri alias pakai logika, nilai selalu bagus. Sedangkan
pelajaran yang memakai otak kanan alias bersifat seni, hasil sesuai
dengan kalimat-kalimat di awal paragraf ini. 


Pas kuliah S1 di Malang, perkumpulan mahasiswa dari Aceh mau mengadakan
pertunjukan seni. Salah satu yang ditampilkan adalah tari Saman.
Tetapi kurang orang untuk membuat formasinya. Saya yang kelahiran
Aceh, walau ngak berjiwa seni, dengan TERPAKSA ikut serta latihan
untuk mensukseskan acara alias solider sama teman-teman saya. Tetapi
dari kondisi keterpaksaan tersebut, saya akhirnya ketahui kalau saya
juga punya jiwa seni alias kerja otak kanan bisa saya gunakan.


Ini sih mirip di pelajaran Genetika yaitu adanya sifat DORMANSI, sifat
yang ada dalam mahkluk hidup yang tidur, bersembunyi, tidak aktif
karena keadaan tidak mendukung. Tetapi suatu saat, sifat itu bisa aja
muncul atau aktif lagi karena keadaan yang mendukung. Dan pada
akhirnya saya bisa menari Saman, beberapa kali mentas sampai bisa
ngajari orang menari Saman. 


Ibarat ☃ bola salju ☃ yang terus menggelinding, mungkin karena tinggal
di daerah 4 musim yang ada saljunya jadi bisa jadi bola salju  Kalau
ngak tinggal tinggal di negara 4 musim, ngandaikannya pakai bola apa
ya ??? Yang pastinya, dari berbagai ketidaksengajaan, akhirnya saya
bisa ketemu jiwa seni yang lain seperti bisa membuat batik tulis
sampai bisa main musik... kenapa ngak dari dulu2 bisanya ya !
Sampai-sampai di France, lebih banyak mengunjungi kota lain untuk
ngedemo buat batik tulis dan ngajari buat batik dibanding presentasi
di bidang ilmiah... Jadi sebenarnya saya kuliah di France sebagai
SENIMAN apa ILMUAN ya ??? 


Sehingga pada prinsipnya, dalam diri setiap orang ada jiwa seninya, tetapi
apakah ada keadaan yang mendukung yang membuat jiwa seni itu bisa
ditampilkan dari diri seseorang itu atau tidak, lingkunganlah yang
salah satunya bisa mendorongnya.
Sering pas kuliah PhD di France, saya membantu organisasi-oraganisasi mahasiswa, organisasi Franco-Indonésien maupun organisasi lain yang menyelenggarakan acara kebudayaan yang memperkenalkan budaya Indonesia, hampir di seluruh penjuru France ✈ ... ya tadi sebagai pendemo dan pengajar batik
tulis. Cuma pas ada acara budaya Indonesia di kota tempat saya pernah
belajar yaitu Rennes, saya ngak bisa membantu karena tidak tinggal di
kota itu lagi.  
  


Setelah lihat tari Saman yang ditampilkan oleh rekan-rekan saya, mahasiswa
PPI Rennes di acara La Nuit Indonésienne (24 Mai 2013), memori saya
berbicara alias saya kembali terkenang kalau tarian Saman inilah yang
merupakan 
   PINTU MASUK    saya ke dunia seni yang sebelumnya tidak pernah saya prediksikan. 

Yang Nulis



Luth
(mantan penari Saman)

Comments

Popular posts from this blog

Adu Cepat di Dataran Tinggi Gayo

Tugu Radio Rimba Raya, Jalan Desa dan Film

Tuma’ninnah dari sujud ke berdiri